Punclut Bandung, Sebuah Surga Kuliner di Malam Hari

Pesona Kuliner Garut

Oleh : Mia Winarti Syaidah
Oleh : Mia Winarti Syaidah

Jelajah Garut . Jika kamu, mengukuhkan diri sebagai seorang Priyai Indonesia yang ternyata suatu hari ditakdirkan mampir ke Garut, lalu setelah sampai mencari makanan siap saji, seperti junkfood, franchise atau makanan delivery order ala turis.

Sepertinya harus berfikir ulang tentang integritas diri sebagai orang Indonesia.

Sejenak, coba introspeksi diri. Seberapa dalam kamu memahami toleransi terhadap keragaman makanan di seantero Indonesia ini. Selain banyak pulau, Indonesia juga tersohor kulinernya yang sangat beragam, tak terkecuali kota kecil seperti Garut.

Memesan makanan ala bule di kota yang masih ranum seperti Garut, tak ubahnya pelecehan terhadap kekayaan budaya yang menjadi bagian dari identitas rakyatnya.

Dan jika tetap ngotot dengan keinginan itu, jangan marah jika dikategorikan sebagai tiran, yang menjadi sesosok tubuh tanpa indentitas.

Menurut aktor Butet Kartaredjasa, perkara memangsa dan memanjakan lidah ini, bukan sekedar urusan mengganjal perut. Bukan pula sekedar energi penganjal tubuh. Tetapi lebih dari itu, perkara kuliner hendaknya difahami sebagai sebuah pencapaian kebudayaan.

Karena disana kecerdasan meracik bumbu memilih bahan baku hewani, memadukan dengan sayur mayur dan memformulasikannya dengan rempah-rempah alami, usaha ini harus diartikan sebagai ikhtiar menemukan titik puncak kelezatan.

“Dan pastilah pencapaian demi pencapaian yang berujung menjadi resep-resep masakan lokal itu, telah melewati berbagai eksperimentasi teruji waktu. Inilah sebuah tindakan kebudayaan yang bergerak dengan alamiah,” ujarnya, dalam artikel ditulis di majalah Gong edisi 104/IX/2008.

Berjalanlah dulu di Jl. Ahmad Yani. Disana jika pagi hari tiba, nongrong berbagai gerobak dan tenda-tenda kecil menyajikan makanan ringan dan pas buat sarapan pagi, sepeti bubur ayam dibandrol Rp5 ribu per mangkuknya. Atau yang suka makanan berkuah, boleh nyoba lontong dengan kuah daging kari (Lengko) dan soto ayam dengan harga Rp4 ribu per mangkok.

Bagi yang senang makanan yang pasti, jangan kecewa dahulu, di Jl. Ahmad Yani ini ada juga nasi kuning dan nasi tutug oncom dengan aneka lauk menggugah selera.

Sore hari, tak kalah mengenyangkan.

Setelah puas jalan-jalan menikmati hiruk pikuk kota Garut, jangan langsung pulang. Karena menjelang sore lidah bakal dimanjakan makanan lesehan dengan bumbu dapur dan lalapan khas Sunda.

Sembari rehat bisa nongrong menikmat hidangan di Pasar Ceplak. Dari namanya kebayang kan kalau jalan itu isinya makanan bakal bikin lidah ngiler.

Menu-menu yang bisa dipilih makanan penyetan seperti ayam goreng dan ayam bakar dibandrol mulai Rp10 ribu sampai Rp15 ribu, bahkan makanan ringan, mulai gorengan, onde, es goyobod, roti bakar sampai martabak manis dan bakso pun harganya dijamin nggak bakal bikin kantong seret.

Berjalan sedikit ke arah kantor post bakal mendapati makanan legendaris dari Garut. Penasaran?

Apalagi kalau bukan, “Coooolenak beuleum peuyeum digulaan, dicocoool enak bari peureum duduaan….~..,” tuh ada lagunya.

Yap Colenak. Makanan tradisional yang tidak asing lagi bagi lidah orang Sunda ini telah menjadi makanan legendaries di Garut.

Rasanya yang sederhana membuat colenak tak banyak menuntut lidah orang asing untuk merasakan kenikmatannya.

Perpaduan tape singkong dibakar, kemudian ditaburi gula jawa bercampur kelapa dan taburan kacang itu. Membayangannnya saja lidah pasti sudah langsung akrab.

Colenak memang jauh dari perpaduan toping makanan modern, seperti keju, mayones atau selai kacang yang biasa ada di dalam makanan siap saji ala bule. Tapi karena itu nilai lokalitas yang ada didalamnya membaut colenak tak hengkang dimakan waktu.

Contohnya pak Amat (45). “Saya udah jualan sejak tahun 90-an itupun menggantikan bapak saya,” ujar bapak owner Colenak Madurasa ini.

Dalam sehari, pak Amat menjual sebanyak 35 kilogram colenak. “Kalau habis, saya bisa membawa uang sekitar 100 ribuan,” ujar bapak dua anak ini.

Untuk urusan harga, jangan khawatir sebungkus colenak hanya Rp3 ribu.

Nah sekarang, nggak perlu bingung dan ngotot lagi buat nikmatin makanan diinginkan bukan? ujarnya. *****(garutnews ).

Komentar